Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekantan, Berjuang Melawan Kepunahan

Kompas.com - 24/01/2013, 10:36 WIB

KOMPAS.com - Seekor monyet bekantan kecil mencoba mengejar kelompoknya yang seolah berlari di cabang-cabang pohon di tepian sebuah sungai di Kalimantan. Di atas pohon tepat di tepian sungai itu, mereka berhenti. Sungai mengalir perlahan. Warnanya coklat. Monyet dewasa tak ragu naik ke dahan lebih tinggi, lalu dengan gaya khas melompat ke seberang. Melayang di udara, tangan mereka menggapai-gapai ke depan mencari pegangan.

Tap! Akhirnya memegang ujung ranting sebuah pohon di seberang. Lompatan sempurna, seolah terukur, gerak lambat mereka ketika melayang di udara sangat indah dan elegan, seolah puisi dari hutan belantara.

Monyet ini, karena hidungnya yang khas, mendapat julukan ‘monyet belanda’. Apa yang terjadi jika orang Inggris yang menjajah Indonesia? Mungkin monyet bekantan akan mendapatkan nama lain. Nama latinnya nasalis larvatus, dan primate yang satu ini kini adalah hewan langka yang terancam punah. Dunia internasional memasukkan hewan ini sebagai hewan langka yang harus dilindungi. Perdagangannya sangat dilarang.

Nasalis senang hidup dekat wilayah berair di dekat muara sungai atau hutan bakau. Di tempat seperti itu, tunas-tunas baru selalu tumbuh di pepohonan. Makanan berlimpah di sana. Menurut Mohamad Soenjoto, seorang ahli biologi, ”Bekantan senang makan tunas daun bakau, juga memakan kepiting, atau ikan kecil.”

Tapi pemangsa mereka juga tak kurang. Di sungai yang diceritakan di atas, misalnya, buaya-buaya menanti monyet ceroboh yang tak tahu strategi menyeberang. Begitulah, seperti tampak dalam berbagai film dokumenter, ketika seekor monyet menyeberang, jalur lompatannya akan menyerupai lemparan batu: naik sedikit lalu melayang turun.

Itu sebabnya, mereka naik ke atas dahulu baru melompat. Bila kurang kuat, maka bukannya cabang kayu di seberang yang mereka raih, tapi mereka akan jatuh tercebur ke air sungai. Tak masalah kalau toh tercebur. Bekantan bisa berenang, bahkan kalau perlu, mereka bisa juga menyelam. Jari-jari mereka punya selaput kecil, dan hidung mereka, menurut keterangan para ahli biologi, memiliki katup penutup.

Tetapi bekantan tak ceroboh berenang di sembarang tempat. Di sudut-sudut Pulau Kalimantan, di tepian sungai-sungai, terutama dekat muara. Si hidung panjang berdampingan dengan para buaya, yang siap memangsa monyet mana pun yang tak kuat menyeberang.

Namun bukanlah para pemangsa yang menjadi keprihatinan utama. Di tengah hutan yang sedang berubah menjadi lahan tanpa pepohonan, karena kayunya dibutuhkan untuk memperkuat ekonomi daerah dan nasional, atau sebagai bahan pemasukan penduduk lokal, monyet mancung ini berjuang melawan kepunahan. Ya, si londo ini memang sedang menghadapi perubahan di lingkungan habitatnya dan hal ini berpengaruh pada populasinya.

Kepala Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Batulicin, Kalimantan Selatan, Suwandi mengatakan, salah satu penyebab berkurangnya populasi bekantan adalah perambahan hutan mangrove dan kualitas hutan mangrove.

“Bahkan ada bekantan yang berkeliaran ke perkampungan penduduk karena kesulitan mendapatkan makanan di hutan,” kata Suwandi.

Rusliandi, seorang mahasiswa Banjarmasin, menyebutkan bahwa ada peneliti yang berani menyatakan bekantan akan punah 14 tahun lagi.

“Semuanya berubah, bekantan tampaknya tak akan bisa bertahan.” Bisa jadi dia salah, bisa jadi dia benar, bisa jadi dia mengarang cerita tanpa dasar.

Yang jelas, menurut berbagai peneliti, kawasan hutan yang menjadi tempat berkembang biak bekantan tersebut, memang semakin berkurang. Sekarang ini masih ada sejumlah tempat yang menjadi habitat hidup bekantan, dan boleh dikunjungi para wisatawan.

Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel pada 2007 menunjukkan bahwa populasi si hewan hidung panjang ini diperkirakan masih mencapai sekitar 5.010 ekor.

Di cagar alam Selat Sebuku, Kabupaten Kota-baru terdapat 3.500 ekor, di suaka margasatwa Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut (Tala), 1.200 ekor bekantan berkelana di hutan-hutan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Travel Update
7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

Travel Update
Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Travel Update
Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Travel Update
Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Travel Update
P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Travel Update
Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Jalan Jalan
5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

Jalan Jalan
25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

Hotel Story
Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Travel Tips
3 Syarat Wajib Ada di Destinasi MICE, Salah Satunya Venue

3 Syarat Wajib Ada di Destinasi MICE, Salah Satunya Venue

Travel Tips
5 Kolam Renang di Depok, Lengkap dengan Informasi Harga Tiket

5 Kolam Renang di Depok, Lengkap dengan Informasi Harga Tiket

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com